Anik Cha

Renungan Hidup, Cerpen, dan berbagai cerita masa lalu

SUBHANALLAH....,
BINATANGPUN RELA BERKORBAN DEMI ANAKNYA
    Saya mempunyai kucing  bernama Si Meong yang berjenis kelamin perempuan. Si Meong hamil dan melahirkan 2 ekor anak. Anak Si Meong saya beri nama Puca dan Puci. Setelah 3 minggu hanya minum ASI ( Air Susu Induk), akhirnya Puca dan Puci mau makan nasi yang dicampur ikan.

Jika lapar Si Meong akan mengejar orang yang ada di rumah, mengikuti ke manapun orang itu berjalan, jika dicuekin tidak segera diberi makan maka tidak segan-segan Si Meong mencakar kaki orang tersebut. Kaki saya pun sering jadi korban pencakaran Si Meong karena dia tidak sabar menunggu makan yang saya ambilkan.
Sperti biasa sore itu Si Meong melakukan kebiasaanya ketika lapar. Tidak ingin jadi korban pencakaran lagi, saya segera bergegas mengambilkan makan Si Meong and The Children. Si Meong hanya mencicipi sedikit kemudian menyingkir, Puca dan Puci makan dengan lahap kadang disertai berebutan. Si Meong hanya melihat anak-anaknya makan. Saya bertanya-tanya dalam hati apakah Si Meong tidak suka dengan makanannya? Biasanya juga seperti itu makanannya. Atau Si Meong tidak lapar? Bukankah  tadi dia yang mengejar-ngejar minta makan. Beberapa menit saya mengamati perilaku Si Meong. Begitu Puca dan Puci selesai makan, Si Meong langasung memakan sisa makanan yang ada. Kejadian tersebut berulang setiap makan. Si Meong baru makan setelah kedua anaknya selesai makan. Subhanallah, ternyata binatang juga berkorban demi anaknya. Apalagi manusia yang jauh lebih sempurna daripada hewan.
Sadarkah kita sejak dalam kandungan hingga sekarang tak terhitung pengorbanan kedua orang tua untuk kita, anak-anaknya. Bekerja keras agar kita dapat makan bergizi sementara mereka hanya memakan sisa makanan kita. Membanting tulang untuk menyekolahkan kita dan sederet pengorbanan lain yang tak dapat disebutkan satu-persatu. Bagaimana susahnya mereka ketika kita sakit. Kadang kita malah membalasnya dengan ucapan ketus bahkan tak jarang membentaknya. Apapun perlakuan kita terhadap orang tua kita, mereka tetap menyayangi kita. Jika ada pertanyaan ‘siapakah orang yang mencintai kita dengan tulus?’ Jawabnya ya orang tua kita.
Bagi yang orang tuanya masih hidup, jangan sia-siakan kesempatan itu untuk membahagiakan mereka. Bagi yang orang tuanya sudah meninggal bukan berarti tidak punya kesempatan lagi untuk membalas kebaikan mereka, doakan mereka agar diampuni dosa-dosanya. Mudah-mudahan kita semua dapat menjadi anak yang sholeh harapan orang tua kita. Amien
         Selain itu yang dapat saya ambil dari kehidupan Si Meong beserta Puca dan Puci adalah prinsip hidupnya yang sangat sederhana. Jika lapar minta makan, setelah itu tidur, bermain-main. Tidak takut nanti bisa makan apa tidak, tidak memikirkan masalah, kehidupan dijalani dengan santai. Sebenarnya kita pu dapat menjalani hidup sesederhana itu, jauh dari masalah. Sebenarnya masalah hanya ada dalam pikiran kita. Tidak penting apa yang terjadi dengan hidup kita, yang terpenting adalah bagaimana kita menghadapi masalah itu dengan positip. Sehingga kita semakin tangguh dan kuat dalam menghadapi hidup dan tentunya semakin dekat dengan Allah.  

0 komentar:

Posting Komentar