Anik Cha

Renungan Hidup, Cerpen, dan berbagai cerita masa lalu

          Hafalan Sholat Delisa adalah sebuah novel tulisan Tere Liye. Saya mendapatkan novel tersebut dari teman baik saya yang bernama Sholeh. Sebuah novel yang membuat pembacanya termehek-mehek sekaligus malu, malu karena selama ini kita hanya bisa mengeluh dan protes dengan keadaan. Ada pelajaran hidup yang begitu berharga sehingga saya tertarik untuk menuliskan di sini. 

           Kisah ini terjadi beberapa tahun lalu ketika saya masih jadi anak kos. Yang ngekos di kos kami waktu itu ada 5 anak,saya, Yuyun, Tini, Lim dan Rima. Saya yang paling tua. Saya sudah kerja sementara 4 orang lainnya masih kuliah. Pada suatu hari yang panas, saat itu hari Minggu, kami ingin makan es krim. Rima mau mentraktir kami es krim asal ada yang mau berangkat beli es krims. Dia sedang punya uang lebih, mungkin habis dapat beasiswa atau gaji ngelesi privat. Anak-anak malas berangkat karena saat itu cuaca panas. Demi es krim akhirnya saya mau berangkat. Yuyun request es krim coklat.

                   Saya mengajar SD kelas 2. Pada mata pelajaran IPS terdapat materi tentang silsilah keluarga. Saya meminta siswa untuk membuat silsilah keluarganya. Saya juga biasa bertanya kepada siswa tentang keluarganya. Suatu hari saya bertanya kepada salah seorang siswa, sebut saja namanya Putri, dari silsilah keluarga yang dibuatnya saya mengetahui jika ayahnya sudah meninggal, jumlah kakaknya 2 orang. Putri dan kakaknya yang pertama sekolah di tempat saya mengajar. Saya bertanya mengapa kakaknya yang nomor 2 tidak sekolah di sini juga. Apa jawaban Putri? Kakaknya yang nomor 2 tuna rungu dan bersekolah di SLB. Deg, jantung saya rasanya berhenti berdetak. Saya membayangkan seorang ibu dengan 3 orang anak dan yang seorang cacat, suaminya sudah meninggal, betapa beratnya perjuangan ibu tersebut demi anak-anaknya.  Dalam hati saya mencaci diri saya sendiri, guru macam apa saya? Tidak peduli dengan kondisi siswanya. Cerita Putri telah membuka hati saya. Sejak saat itu setiap bulannya saya menyisihkan sedikit(kenapa sedikit? Saya masih itung-itungan alias pelit he...he) dari gaji saya untuk Putri dan beberapa anak yatim di sekolah saya.