Anik Cha

Renungan Hidup, Cerpen, dan berbagai cerita masa lalu


 
           Seandainya Mio biru ini bisa terbang pasti sudah aku terbangkan dari tadi. Ingin rasanya aku sampai di tempat tujuan. Jika langkahku ini tidak berhasil, aku masih punya rencana cadangan, plan B dan plan C. Namaku tidak ada di daftar peserta OSN (Olimpiade Sains Nasional) untuk guru di kotaku. Aku tidak tahu panitia menetapkan nama-nama tersebut atas dasar apa. Aku yakin aku juga layak untuk bersaing, tetapi mengapa namaku tidak ada? Apa aku kurang polpuler? Ya, tepat sekali aku kurang populer,atau  lebih tepatnya tidak populer di kalangan panitia OSN. Aku lebih populer di "panitia laporan BOS", sedikit menyebalkan sih pekerjaan yang satu ini. Menguras banyak energi dan pikiran. Tapi lupakan soal laporan BOS, kita tidak sedang membicarakan BOS. 

          Aku terima dengan lapang dada kalau namaku tidak populer sehingga tidak tercantum di daftar peserta OSN. Tapi nama kepala sekolahku aku rasa cukup populer, kenapa panitia tidak bertanya kepada kepala sekolah, adakah guru yang layak ikut seleksi OSN? Sehingga tidak satupun guru di sekolahku bahkan di gugusku yang tercantum di situ? Apa karena sekolahku jg kurang populer? Sekali lagi tebakan Anda benar, rata-rata UN di sekolahku setia di urutan tiga besar dari bawah. Apa dengan begitu mereka lantas mereka melupakan sekolahku? Dianggap semua guru tidak layak ikut? Persepsi yang sangat tidak adil bagi kami.  Aku harus melakukan sesuatu demi sekolahku. Setidaknya jika namaku ada di deretan tiga besar, nama sekolahku akan sedikit terangkat. Aku tidak mau setiap PPDB harus berjaga 6 hari, itupun jumlah peserta didik masih kurang dari pagu. Yah sekolahku jadi pilihan kedua bahkan ke tiga. Menyedihkan untuk sekolah yang berada di tempat yang cukup strategis. Tapi tidak mudah mengubah image masyarakat yang sudah terlanjur percaya dengan sekolah favorit di kota kami. Walaupun aku rasa kualitas sekolahku cukup baik. Fasilitas di sekolahku terbilang bagus, LCD, alat peraga semua lengkap. ditambah ekstra gamelan dan organ yang tidak semua sekolah memilikinya. Ups aku lupa, kita juga tidak sedang membicarakan sekolahku. Yang akan kita bicarakan adalah tentang OSN
         Akhirnya aku sampai di tempat tujuan. aku utarakan maksud kedatanganku. Setelah itu aku berpamitan pulang. Alhamdulillah plan A berhasil, sehingga aku tidak perlu melaksanakan plan B dan plan C. Sore itu juga namaku ada di daftar peserta OSN. 
             Dengan resminya aku jadi peserta OSN, berarti itu tanggung jawab bagiku untuk membuktikan bahwa aku mampu. Aku tidak boleh mengecewakan orang-orang yang telah membantuku agar aku dapat ikut seleksi OSN. Tiga hari berikutnya aku sangat sibuk, sibuk mempersiapkan semuanya karena waktu yang tersedia untuk persiapan hanya tiga hari. Tentu saja aku tetap memiliki kewajiban mengajar dan lain-lain. Berbagai cara kulakukan mulai belajar sendiri maupun belajar kelompok bersama teman-teman sepulang dari mengajar.
         Hari yang menentukan akhirnya tiba juga. Dengan penuh semangat aku kerjakan semua soal. Menurutku semua soal sudah terjawab dengan baik. Yaa mudah-mudahan hasilnya tidak mengecewakan. Pulang dengan hati lega, menunggu pengumuman. 
            Dua minggu berlalu akhirnya aku mendapat informasi kalau aku berada di urutan ke-4. Walaupun pengumuman resminya belum ada, tetapi aku yakin dengan berita itu.  Bagi orang lain mungkin tidak terlalu mengecewakan berada di urutan ke-4. Tapi bagiku sangat mengecewakan, dengan menduduki urutan ke-4 berarti aku tidak masuk final, berarti pula sekolahku akan tetap dipandang sebelah mata. Yang lebih menyebalkan, mengapa aku tidak masuk tiga besar? Ada soal yang terlewatkan, tidak aku jawab, bukan karena tidak bisa tetapi karena tidak teliti. Tentu saja itu poinnya besar walaupun bukan soal yang sulit karena itu soal uraian. 
           Rasa kecewa, sebal, sedih bercampur jadi satu. Menyakitkan, aku kalah karena kesalahan kecil tetapi berakibat fatal. Kejadian ini membuktikan kekuasaan Allah, semua yang terjadi atas kehendak-Nya. Seberapa keras kita berusaha dan berdoa, kalau Allah tidak menghendaki pasti tidak akan terjadi. Jadi ingat cerita "Burlian" yang ditulis Tere Liye, besok final sepak bola eh sorenya salah satu pemain andalan digigit ular berbisa hingga meninggal. 
          Setelah puas menangis meratapi semuanya, aku hanya bisa pasrah berharap keajaiban datang sehingga aku dapat masuk final walaupun di urutan ke-4. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah aku benar-benar mendapat keajaiban sehingga bisa masuk final atau aku harus rela berada di no-4? Kita tunggu beberapa hari lagi. To be continue..............

 
           

0 komentar:

Posting Komentar