Anik Cha

Renungan Hidup, Cerpen, dan berbagai cerita masa lalu

          Hafalan Sholat Delisa adalah sebuah novel tulisan Tere Liye. Saya mendapatkan novel tersebut dari teman baik saya yang bernama Sholeh. Sebuah novel yang membuat pembacanya termehek-mehek sekaligus malu, malu karena selama ini kita hanya bisa mengeluh dan protes dengan keadaan. Ada pelajaran hidup yang begitu berharga sehingga saya tertarik untuk menuliskan di sini. 

          Novel ini bercerita tentang seorang gadis berumur 6 tahun yang cerdas, gadis kecil tersebut bernama Delisa. Delisa dibesarkan di lingkungan yang religius dan bahagia. Seperti ketiga kakak perempuannya, Delisa akan mendapatkan hadiah kalung dari Ummi jika dia menyelesaikan hafalan bacaan sholatnya. Bahkan Abi berjanji akan memberinya sepeda. Di saat dia berjuang mendapatkan piagam tanda lulus bacaan sholat dari Ibu Guru Nur, badai Tsunami meluluhlantakkan Aceh dan sekitarnya termasuk kota Lhok Nga tempat tinggal Delisa. 
         Ketika Delisa tersadar dari pingsannya beberapa hari kemudian, dia harus menerima kenyataan kehilangan ketiga kakak dan Umminya. Bahkan Delisa kecil juga harus kehilangan kaki kanannya. Apakah Delisa protes, berontak dan marah dengan semua kenyataan ini? Tidak! Delisa berusaha ikhlas menerima semuanya, tidak bertanya kepada Abi tentang Umminya karena dia tahu Abi sangat sedih jika teringat Umi. Delisa tetap ceria bermain dan menghibur teman-temannya walaupun dengan kaki yang cacat. Dan dia berusaha menghafal kembali bacaan sholatnya dengan tidak mengharap hadiah kalung dari Ummi atau sepeda dari Abi serta coklat dari Ustadz Rahman. Dia menghafal benar-benar ikhlas agar dapat sholat dengan sempurna menghadap Allah. cerita lebih lengkapnya silakan baca novelnya dan siapkan ember dan tisu untuk airmata Anda.
          Tere Liye begitu pandai membawa pembaca seolah-olah berada di tempat kejadian. Pelajaran hidup yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah seorang gadis kecil berumur 6 tahun dapat begitu ikhlas menerima semua kenyataan hidup yang begitu menyakitkan bahkan dia masih berusaha menghibur orang-orang di sekitarnya. Sering kita mengeluh, protes dan mungkin marah kepada Tuhan karena mendapat sedikit ujian yang tidak seberapa. Cerita tentang Delisa hanyalah bagian yang sangat kecil dari ribuan kisah menyakitkan akibat badai Tsunami 26 Desember 2004.

1 komentar:

Hehehe... nice story! :)

Posting Komentar